Cari Blog Ini

Rabu, 14 Maret 2012

'IJAZUL QURAN


IJAZUL QUR’AN
A.     Pendahuluan
Allah telah menganugerahkan kepada manusia berbagai keistimewaan dan kelebihan, serta memberinya kekuatan pikiran cemerlang, yang dapat menembus segala medan untuk menundukkan unsur-unsur kekuatan alam tersebut dan menjadikannya sebagai pelayan bagi kepentingan kemanusiaan.
Allah sama sekali tidak menelantarkan manusia, tanpa memberi kepadanya sebersit wahyu dari waktu ke waktu, yang membimbingnya ke jalan petunjuk, sehingga mereka dapat menempuh liku-liku hidup dan kehidupan ini atas dasar keterangan dan pengetahuan. Namun mengingat akal manusia pada awal fase perkembangannya tidak melihat sesuatu yang lebih dapat menarik hati selain mukjizat-mukjizat alamiah yang hissi (indrawi), karena akal mereka belum mencapai puncak ketinggian dalam bidang pengetahuan dan pemikiran.
Allah telah menentukan keabadian mukjizat Islam, sehingga kemampuan manusia menjadi tak berdaya menandinginya, pembicaraan tentang kemukjizatan al-Qur’an juga merupakan satu macam mukjizat tersendiri, dengan demikian marilah kita belajar mengenai i’jazul Qur’an berikut ini.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa I’jazul Qur’an itu?
2.      Apa saja macam-macam Ijazul Qur’an itu?
3.      Apa saja Segi-Segi kemukjizatan Al-Qur’an?
4.      Bagaimana Kadar kemu’jizatan Al-Qur’an?
5.      Apa tujuan mempelajari I’jazul Qur’an?
C.    Pembahasan
1.      Pengertian I’jazul Qur’an
I’jaz (kemukjizatan) menurut bahas adalah masdar dari kata ‘ajz artinya lemah. Sedangkan menurut istilah adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kemampuan. Apabila kemukjizatan telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan), yang dimaksud dengan i’jaz ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Rasulullah telah meminta orang Arab menandingi Qur’an dalam tiga tahapan:
1)      Menantang mereka dengan seluruh Qur’an dalam uslub umum yang meliputi orang Arab sendiri dan orang lain, jin dan manusia.
2)      Menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari Qur’an.
3)      Menantang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an.

Atau patutkah mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (QS.10, Yunus : 38).
Kelemahan orang Arab untuk menandingi Qur’an padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu, merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab di masa bahasa ini berada pada puncak keremajaan dan kejayaannya.
Kemukjizatan Qur’an bagi bangsa-bangsa lain tetap berlaku di sepanjang zaman dan akan selalu ada dalam posisi tantangan yang tegar. Misteri-misteri alam yang disingkap oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian dari fenomena hakikat-hakikat tinggi yang terkandung dalam misteri alam wujud yang merupakan bukti bagi eksistensi pencipta dan perencanaannya.[1]


2.      Macam-macam I’jazul Qur’an
Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan mukjizat immaterial, logis dan dapat dibuktikan sepanjang masa.mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat mereka merisalahkannya.
Perahu Nabi Nuh yang dibuat dia atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang sedemikian dahsyat, tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s. dalam kobaran api yang sangat besar, berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi ular, penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah, dan lain-lain. Kesemuanya itu bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang sifat indrawi atau material, tetapi dapat dipahami akal. Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dapat dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya di mana dan kapan pun.
3.      Segi-Segi Kemukjizatan Al-Qur’an
a. Gaya Bahasa
Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan terpesona. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk islam. Bahkan, Umar bin Abu Thalib pun yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apapun.
b. Susunan Kalimat
Kendati pun Al-Qur’an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabi, tetapi uslub atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila di bandingkan dengan lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah.di dalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pernah ada ucapan manusia.[2]
c. Hukum Illahi yang sempurna
Al-Qur’an menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan santun, undang-undang ekonomi, politik, social dan kemasyarakatan,serta hokum-hukum ibadah. Apabila memperhatikan pokok-pokok ibadah, kita akan memperoleh kenyataan bahwa islam telah memperluasnya dan menganekaragamkan serta meramunya menjadi ibadah amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga berupa ibadah amaliyah sekaligus ibadah badaniyah, seperti berjuang di jalan Allah.
d. Ketelitian Redaksinya
Ketelitian redaksi bergantung pada hal berikut :
1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya, beberapa contoh diantaranya :
a.       Al-Hayah (hidup0 dan Al-Maut (mati), masing-masing serbanyak 145 kali.
b.      An-Naf (manfaat) dan Al-Madharah (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali.
c.       Al-Har (panas) dan Al-Bard (dingin) sebanyak 4 kali.
d.      As-Shalihat (kebajikan) dan As-Syyiat (keburukan) sebanyak masing-masing 167 kali.
e.       Ath-thuma’ninah (kelapangan) dan Adh-dhiq (kesempitan) sebanyak masing-msing 13 kali.
2. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya:
a. Al-harts dan Az-zira’ah (bertani) masing-masing 14 kali.
b. Al-‘ushb dan Adh-dhurur (angkuh) masing-masing 27 kali.
c. Adh-dhaulun dan Al-mawta (orang sesat/mati jiwanya) masing-masing 17 kali.
3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan akibatnya
a. Al-infaq (infaq) dengan Ar-ridha (kerelaan) masing-masing 73 kali.
b. Al-bukhl (kekikiran) dengan Al-hasarah (penyesalan) masing-masing 12 kali.
c. Al-kafirun(orang-orang kafir) dengan An-nar (neraka) masing-masing 154 kali.
4. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya
a. Al-israf (pemborosan) dengan As-sur’ah (ketergesaan) masing-masing 23 kali.
b. Al-maw’izhah (nasihat) dengan Al-lisan (lidah) masing-masing 25 kali.
c. Al-asra (tawanan) dengan Al-harb (perang) masing-masing 6 kali.
5. Di samping keseimbangan-keseimbangan tersebut, di temukan juga keseimbangan khusus:
a. Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari dalam bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
b. Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah ayat 29, surat Al-Isra ayat 44, surat Al-Mu’minun ayat 86, surat Fushilat ayat 12, surat Ath-thalaq 12, surat Al- Mulk ayat 3, surat Nuh ayat 15, selain itu, penjelasan tentang terciptanta langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.
d. Berita tentang hal-hal yang gaib
Sebagaian ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur’an itu adalah berita-berita gaib. Pada Al-qur’an sudah ditegaskan bahwa badan firaun tersebut akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19 tepatnya.
e. Isyarat-Isyarat Ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang di temukan dalam Al-Qur’an, misalnya:
a. Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan.
b. Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas.
c. Perbedaan sidik jari manusia.
d. Masa penyusunan yang tepat dan masa kehamilan minimal.
e. Adanya nurani dan bawah sadar manusia.
f. Yang merasakan nyeri adalah kulit.
g. Aroma atau bau manusia berbeda-beda.[3]
4.      Kadar Kemukjizatan
1. Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa kemukjizatan itu berkaitan dengan keseluruhan Qur’an, bukan dengan sebagiannya atau dengan setiap surahnya secara lengkap.
2. Sebagian ulama berpendapat sebagian kecil atau sebagian besar dari Qur’an, tanpa harus satu surah penuh, juga merupakan mukjizat.
3. Ulama yang lain berpendapat, kemukjizatan itu cukup hanya dengan satu surah lengkap sekalipun pendek, atau dengan ukuran satu surah, baik satu ayat atau beberapa ayat.
5.      Tujuan I’jazul Qur’an
Dari pengertian yang telah diuraikan di atas, dapatlah diketahui bahwa tujuan i’jazul Qur’an itu banyak, di antaranya yaitu :
·      Membuktikan bahwa Nabi Muhammad saw yang membawa mukjizat kitab Al-Qur’an itu adalah benar-benar seorang Nabi dan Rasul Allah. Beliau diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT kepada umat manusia dan untuk mencanangkan tantangan supaya menandingi al-Qur’an kepada mereka yang ingkar.
·      Membuktikan bahwa kitab al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad saw. Sebab pada kenyataannya mereka tidak bisa membuat tandingan seperti al-Qur’an sehingga jelaslah bahwa al-Qur’an itu bukan buatan manusia.
D.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa i’jazul Qur’an merupakan bagian terpenting dari Ulumul Qur’an, karena i’jazul Qur’an berfungsi sebagai pembawa kebenaran, bahwa al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw adalah murni dari Allah SWT dan tidak ada unsur-unsur apapun yang bisa menandingi arti dan makna yang terkandung dalam al-Qur’an walau satu ayat, sekalipun dia seorang pakar pujangga sastra dan ahli dalam seni bahasa Arab, dan kita wajib mengimani dan tidak boleh mengingkari kemurnian al-Qur’an.
E.     Penutup
Demikianlah makalah ini saya buat, semoga dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan bagi kita semua. Apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini saya memohon maaf dan kritik serta saran yang membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.
Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra,2002.


[1] Al-Khattan, Manna Khalil, Studi Ulumul Qur’an, Bogor : PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 2001.

[2] Djalal, Abdul, Ulumul Qur’an, Surabaya : Dunia Ilmu, cet. 2, 2000.

[3] Ash-Shiddieqy, Muhammad Habsyi, Teungku, Ilmu-Ilmu Al Qur’an, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra,2002.

1 komentar: